Malam Minggu di Kamasan
(Cerita Fiksi)
sebuah kisah perjalanan |
Music
disco terus terdengar. Seakan-akan tempat yang kita berada ini di sebuah
diskotik. Perasaanku hanya kesitu, ya memang ini cocok untuk dinamai sebuah
“dikotik”. Anak-anak muda beralu-lalang. Tak peduli, siapa disamping kiri dan
kanan. Yang penting dapat menggoyangkan badan, bisa dapat rokok satu batang dan
minum bareng cap tikus (CT).
Malam
itu malam menjelang hari minggu. Rumah ditempat saya tinggal tak ada orang di
malam itu. Suasana sangat sepi dan sunyi. Saya kirimkan sms pada seorang teman
kampusku di kosnya. saya mengajak dia untuk sekedar berjalan-jalan di sebuah Asrama
Papua (Kamasan). Asrama itu tak jauh sehingga kami boleh berjalan kaki.
Kami
singgah di sebuah kios. Di tempat itu saya beli sebotol aqua. Di samping kios
ada sekelompok anak muda. Mereka anak muda papua dan sedang asyik bercerita.
“hei..mat malam, kam dua mo kemana? Tra jalan ke acara ka? Dong ada buat acara
di kamasan tuh”, Tanya seorang dari mereka. “ah..iyo ka? Memang tong ada kesitu
tapi tong tra tahu kalo malam ini ada acara”, sahutku. “ah..mari tong jalan
sama-sama sudah”, ajak mereka.
Perjalanan
lebih asyik, kami terus berjalan sambil bercerita dari yang masuk akal hingga
yang tidak masuk akal. Maklum, anak muda pembicaraan pasti banyak topik dan
tidak terarah. Tak penting dengan itu, yang penting perjalanan kami seru. Kami
tiba di lorong masuk asrama kamasan. Lagu disko dan suara manusia sudah
terdengar dari jauh. Ini ibarat Inul Dratista saat konser di Batalyon Nabire.
Halaman
asrama penuh dengan manusia. Mulai dari yang berjalan normal hingga yang sudah
miring-miring akibat pekerjaan miras. Kini saya tak milihat lagi rombongan kami
tadi. Entah di sudut mana mereka berada. Saya dan temanku hanya berdiri di
sudut asrama. Menatap semua yang terhanyut alunan lagu disko dan secangkir cap
tikus. Hanya untuk kenikmatan yang akan berlalu. Semuanya untuk mendatangkan
sebuah kelaparan yang berujung pada kematian abadi. Hanya sebuah nasihat yang bisa diharapkan dari
Yang Kuasa.
“Hei…tong
jalan sudah”, ajak teman tadi. “knapa bro?”, Tanyaku. “Ko tahu, sa pu kepala
ini sakit. Suara lagunya keras” jawabnya. “truz..ko mo nonton setan2 bergoyang
sini ka?” tambah dia. Kami tak berdebat panjang. Kami memutuskan untuk pulang
saja. Lebih bagus ke rumah dan kerjakan tugas ketimbang nonton acara goyang
yang tak ada bobotnya. Lagi pula itu hanya akan membuat mengantuk dan kelelahan
pada esok hari. Tak ada nilai tambah atau keuntungan dari acara itu. Kami
pulang ke rumah tempat kami tinggal dan isterahat. Pagi hari, badan kami sangat
segar dan tampak sehat. Tak tahu dengan orang-orang di Asrama Kamasan. Bagimana
keadaan mereka di pagi hari.
*Jhon Iyai
Posting Komentar