Home » » Malam Minggu di Kamasan

Malam Minggu di Kamasan

Written By Unknown on Selasa, 09 April 2013 | 05.58


Malam Minggu di Kamasan
(Cerita Fiksi)

sebuah kisah perjalanan
Music disco terus terdengar. Seakan-akan tempat yang kita berada ini di sebuah diskotik. Perasaanku hanya kesitu, ya memang ini cocok untuk dinamai sebuah “dikotik”. Anak-anak muda beralu-lalang. Tak peduli, siapa disamping kiri dan kanan. Yang penting dapat menggoyangkan badan, bisa dapat rokok satu batang dan minum bareng cap tikus (CT).


Malam itu malam menjelang hari minggu. Rumah ditempat saya tinggal tak ada orang di malam itu. Suasana sangat sepi dan sunyi. Saya kirimkan sms pada seorang teman kampusku di kosnya. saya mengajak dia untuk sekedar berjalan-jalan di sebuah Asrama Papua (Kamasan). Asrama itu tak jauh sehingga kami boleh berjalan kaki.
Kami singgah di sebuah kios. Di tempat itu saya beli sebotol aqua. Di samping kios ada sekelompok anak muda. Mereka anak muda papua dan sedang asyik bercerita. “hei..mat malam, kam dua mo kemana? Tra jalan ke acara ka? Dong ada buat acara di kamasan tuh”, Tanya seorang dari mereka. “ah..iyo ka? Memang tong ada kesitu tapi tong tra tahu kalo malam ini ada acara”, sahutku. “ah..mari tong jalan sama-sama sudah”, ajak mereka.
Perjalanan lebih asyik, kami terus berjalan sambil bercerita dari yang masuk akal hingga yang tidak masuk akal. Maklum, anak muda pembicaraan pasti banyak topik dan tidak terarah. Tak penting dengan itu, yang penting perjalanan kami seru. Kami tiba di lorong masuk asrama kamasan. Lagu disko dan suara manusia sudah terdengar dari jauh. Ini ibarat Inul Dratista saat konser di Batalyon Nabire.
Halaman asrama penuh dengan manusia. Mulai dari yang berjalan normal hingga yang sudah miring-miring akibat pekerjaan miras. Kini saya tak milihat lagi rombongan kami tadi. Entah di sudut mana mereka berada. Saya dan temanku hanya berdiri di sudut asrama. Menatap semua yang terhanyut alunan lagu disko dan secangkir cap tikus. Hanya untuk kenikmatan yang akan berlalu. Semuanya untuk mendatangkan sebuah kelaparan yang berujung pada kematian abadi.  Hanya sebuah nasihat yang bisa diharapkan dari Yang Kuasa.
“Hei…tong jalan sudah”, ajak teman tadi. “knapa bro?”, Tanyaku. “Ko tahu, sa pu kepala ini sakit. Suara lagunya keras” jawabnya. “truz..ko mo nonton setan2 bergoyang sini ka?” tambah dia. Kami tak berdebat panjang. Kami memutuskan untuk pulang saja. Lebih bagus ke rumah dan kerjakan tugas ketimbang nonton acara goyang yang tak ada bobotnya. Lagi pula itu hanya akan membuat mengantuk dan kelelahan pada esok hari. Tak ada nilai tambah atau keuntungan dari acara itu. Kami pulang ke rumah tempat kami tinggal dan isterahat. Pagi hari, badan kami sangat segar dan tampak sehat. Tak tahu dengan orang-orang di Asrama Kamasan. Bagimana keadaan mereka di pagi hari.  
                                                                                                         *Jhon Iyai
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. suara rantauan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger